Seperti
embun pagi, ia nampak bersahaja, tenang dan menyejukan. Akhh andai saja waktu
bisa berputar kembali, rasanya saat itu
aku hanya ingin memandangi wajah tenang dan mata yang teduhnya. Seperti waktu,
aku tidak mengerti semua terjadi dan berjalan begituh saja, hingga aku tak
mengerti mengapa mata ini ingin terus memandanginnya, siapa dia? Bahkan aku
tidak mengenal siapa dia, tapi mengapa ini terjadi begituh saja, hingga aku tak
pernah bosan untuk terus memandanginya, bahkan senyuman tipispun tersirat dari
bibir kecilku. Apa karna dia memiliki wajah yang tenang dan mata yang teduh?
Akhh entahlah, dia telah mengalihkan duniaku. Andai saja hidup ini begituh
banyak hal-hal aneh terjadi, seperti difilm drama korea “9 second eternal time”
aku berhayal aku bisa memiliki kamera penghenti waktu, saat itu mungkin aku
akan memotret moment tersebut, aku ingin waktu berhenti begituh saja, termasuk
orang-orang didalamnnya ikut berhenti, hanya aku, aku yang bisa bergerak bebas,
mungkin saat itu aku ingin mendekat kearah pria itu, aku ingin melihat mata
teduhnya lebih dekat dan lebih jelas.
Akhh
sayang itu hanya ada dalam dunia khayalan. Cukup dari jauh sini saja aku
memperhatikannya, yaaahh meski kadang-kadang aku merasa dia sadar ada seseorang
yang memperhatikannya, kadang-kadang aku merasa dia menengok kearahku, hingga
membuat aku menjadi salah tingkah sendiri dan cepat mengambil handphone dari
saku kantongku untuk memotret diri dan juga bersama temanku pastinya, sesekali
aku memandanginya kembali, akhhh apa ini kadang-kadang aku juga tidak mengerti
aku tidak kenal dia siapa, tapi mengapa mata ini begituh senang melihat wajah
tenangnya? Mengapa? Mengapa? Bagaimana jika dia orang jahat? Huffhhh aku tak
ingin berlama-lama membiarkan mata ini terus tertuju padanya. Dan aku pun
bergegas pulang. Banyak hal dirumah yang harus aku kerjakan. Tapi saat menuju
kearah pulangpun tetap saja aku melirik kearahnya, “Tuhan apa dia menyadari ada
seorang gadis yang memperhatikannya? Aku harap itu tidak terjadi, aku harap dia
tidak menyadarinya” Ujar suara hatiku.
Namaku Tasya, orang biasa memanggilku dengan sebutan Sasya, aku seorang gadis penikmat
senja, mentari pagi, hujan dan menyukai bulan juga bintang. Aku tidak cantik,
tidak pintar dan juga tidak kaya, aku hanya gadis sederhana dan yang mencintai
sebuah kesederhanaan. Aku senang menulis cerita, selain itu juga aku menyukai
alam, aku sang pendaki mungil, dan aku juga memiliki hobby membaca novel. Jadi
setiap kali aku memiliki moment atau hal-hal baru, aku selalu menulisnya,
termasuk bertemu dengan pria itu.
Semakin
hari semakin aku memikirkannya, ternyata dia memang benar-benar mengalihkan
duniaku, dari yang tadinya aku merasa larut dalam kesedihan karna sakitnya
dikhianati orang yang aku sayang sekarang semenjak aku melihat pria itu, seakan-akan
aku lupa jika aku sedang larut dalam kesedihan, aku lupa kalau aku sedang patah
hati, sakit hati dan yang tadinya merasa gelap, sekarang aku merasa tiba-tiba
ada cahaya, meskipun hanya sedikit. Tapi aku tetap senang, setidaknnya ada yang
membuat aku lupa, bahkan seperti diingatkan bahwa banyak laki-laki diluaran
sana yang begituh baik. Tapi pria itu baik tidak yaah, hmm.
Dan
saat itu pula selama berapa hari, aku mengumpulkan niat membranikan diri
untuk bertanya siapakah nama pria itu? Karna aku mulai memikirkannya, aku hanya
ingin, hanya ingin berterimakasih. Tapi berterimakasih untuk apa? Pria itu
tidak berjasa apa-apa, untuk apa (?) akhh mungkin untuk sekedar dicari dan tahu
saja, itu sudah cukup. Dan akhirnya aku tahu nama dia adalah Lubis,
akupun dapet alamat media sosialnya, tapi dia tidak convir aku, dan singkat
cerita aku punya pin BB dia, jujur aja sih aku bukan tipe orang yang suka ngechatt
cowok duluan, gengsi aku terlalu tinggi, tapi berkat pendapat teman-teman,
berkat rasa ingin tahu aku yang tinggi juga akhirnya aku membranikan diri buat
ngechatt dia, sempet nulis hapus nulis hapus sih, dan akhirnyya aku cuma
ngepink dia, dibales deeh, cuma dibales “yaa”
aja uda girang, (eh)…apalagi yang
lain-lain gitu kan, aslinya dia cuek. Sempet chatt aku diread doang, katanya
dia males respon, dan aku ngerti banyak, aku seperti orang aneh yang tiba-tiba
datang gituh aja. Brrrraaakkkk….muka
dimana muka, hah serasa gak aman aja muka disimpan ditempat biasa, rasanya,
maluuuu banget. Pertamakalinya, sumpah. Dan saat itu dalam hati aku bicara
sendiri “Aku gak mau-mau lagi ngechatt
dia lagi, aku emang mau kenal dia, tapi aku rasa kenal gak mesti chattingan,
kenal cukup mengenali kepribadian dia lewat status media sosialnya juga uda
bisa kelihatan tentang dia itu gimana”.
Tapi
karna Lubis aku bisa belajar, jujur aja aku sering nyuekin orang-orang,
suka read doang BM orang, jadi ngasih pembelajaran buat aku gimana sih rasanya
dicuekin itu? Dan aku ngerasain mungkin aku juga ngerti kenapa dia tidak respon
chatt aku, mungkin lebih ke males, atau aku orang yang gak jelas, aneh yang
tiba-tiba nongol gituh aja, terus bikin risih juga ganggu. Ga memiliki
ketertarikan buat bales-bales chattnya, apalagi orang yang belum dikenal. Hmmm
apapun itu aku terima resikonya.
Stock
cerpen tahun 2016 dari laptop baru di post sekarang :D
Cerita karangan \(^_^)?~
Cerita karangan \(^_^)?~