Rabu, 20 Juni 2018

Andai




Seperti embun pagi, ia nampak bersahaja, tenang dan menyejukan. Akhh andai saja waktu bisa berputar  kembali, rasanya saat itu aku hanya ingin memandangi wajah tenang dan mata yang teduhnya. Seperti waktu, aku tidak mengerti semua terjadi dan berjalan begituh saja, hingga aku tak mengerti mengapa mata ini ingin terus memandanginnya, siapa dia? Bahkan aku tidak mengenal siapa dia, tapi mengapa ini terjadi begituh saja, hingga aku tak pernah bosan untuk terus memandanginya, bahkan senyuman tipispun tersirat dari bibir kecilku. Apa karna dia memiliki wajah yang tenang dan mata yang teduh? Akhh entahlah, dia telah mengalihkan duniaku. Andai saja hidup ini begituh banyak hal-hal aneh terjadi, seperti difilm drama korea “9 second eternal time” aku berhayal aku bisa memiliki kamera penghenti waktu, saat itu mungkin aku akan memotret moment tersebut, aku ingin waktu berhenti begituh saja, termasuk orang-orang didalamnnya ikut berhenti, hanya aku, aku yang bisa bergerak bebas, mungkin saat itu aku ingin mendekat kearah pria itu, aku ingin melihat mata teduhnya lebih dekat dan lebih jelas.
Akhh sayang itu hanya ada dalam dunia khayalan. Cukup dari jauh sini saja aku memperhatikannya, yaaahh meski kadang-kadang aku merasa dia sadar ada seseorang yang memperhatikannya, kadang-kadang aku merasa dia menengok kearahku, hingga membuat aku menjadi salah tingkah sendiri dan cepat mengambil handphone dari saku kantongku untuk memotret diri dan juga bersama temanku pastinya, sesekali aku memandanginya kembali, akhhh apa ini kadang-kadang aku juga tidak mengerti aku tidak kenal dia siapa, tapi mengapa mata ini begituh senang melihat wajah tenangnya? Mengapa? Mengapa? Bagaimana jika dia orang jahat? Huffhhh aku tak ingin berlama-lama membiarkan mata ini terus tertuju padanya. Dan aku pun bergegas pulang. Banyak hal dirumah yang harus aku kerjakan. Tapi saat menuju kearah pulangpun tetap saja aku melirik kearahnya, “Tuhan apa dia menyadari ada seorang gadis yang memperhatikannya? Aku harap itu tidak terjadi, aku harap dia tidak menyadarinya” Ujar suara hatiku.
Namaku Tasya, orang biasa memanggilku dengan sebutan Sasya, aku seorang gadis penikmat senja, mentari pagi, hujan dan menyukai bulan juga bintang. Aku tidak cantik, tidak pintar dan juga tidak kaya, aku hanya gadis sederhana dan yang mencintai sebuah kesederhanaan. Aku senang menulis cerita, selain itu juga aku menyukai alam, aku sang pendaki mungil, dan aku juga memiliki hobby membaca novel. Jadi setiap kali aku memiliki moment atau hal-hal baru, aku selalu menulisnya, termasuk bertemu dengan pria itu.
Semakin hari semakin aku memikirkannya, ternyata dia memang benar-benar mengalihkan duniaku, dari yang tadinya aku merasa larut dalam kesedihan karna sakitnya dikhianati orang yang aku sayang sekarang semenjak aku melihat pria itu, seakan-akan aku lupa jika aku sedang larut dalam kesedihan, aku lupa kalau aku sedang patah hati, sakit hati dan yang tadinya merasa gelap, sekarang aku merasa tiba-tiba ada cahaya, meskipun hanya sedikit. Tapi aku tetap senang, setidaknnya ada yang membuat aku lupa, bahkan seperti diingatkan bahwa banyak laki-laki diluaran sana yang begituh baik. Tapi pria itu baik tidak yaah, hmm.
Dan saat itu pula selama berapa hari, aku mengumpulkan niat membranikan diri untuk bertanya siapakah nama pria itu? Karna aku mulai memikirkannya, aku hanya ingin, hanya ingin berterimakasih. Tapi berterimakasih untuk apa? Pria itu tidak berjasa apa-apa, untuk apa (?) akhh mungkin untuk sekedar dicari dan tahu saja, itu sudah cukup. Dan akhirnya aku tahu nama dia adalah Lubis, akupun dapet alamat media sosialnya, tapi dia tidak convir aku, dan singkat cerita aku punya pin BB dia, jujur aja sih aku bukan tipe orang yang suka ngechatt cowok duluan, gengsi aku terlalu tinggi, tapi berkat pendapat teman-teman, berkat rasa ingin tahu aku yang tinggi juga akhirnya aku membranikan diri buat ngechatt dia, sempet nulis hapus nulis hapus sih, dan akhirnyya aku cuma ngepink dia, dibales deeh, cuma dibales “yaa” aja uda girang, (eh)…apalagi yang lain-lain gitu kan, aslinya dia cuek. Sempet chatt aku diread doang, katanya dia males respon, dan aku ngerti banyak, aku seperti orang aneh yang tiba-tiba datang gituh aja. Brrrraaakkkk….muka dimana muka, hah serasa gak aman aja muka disimpan ditempat biasa, rasanya, maluuuu banget. Pertamakalinya, sumpah. Dan saat itu dalam hati aku bicara sendiri “Aku gak mau-mau lagi ngechatt dia lagi, aku emang mau kenal dia, tapi aku rasa kenal gak mesti chattingan, kenal cukup mengenali kepribadian dia lewat status media sosialnya juga uda bisa kelihatan tentang dia itu gimana”.
Tapi karna Lubis aku bisa belajar, jujur aja aku sering nyuekin orang-orang, suka read doang BM orang, jadi ngasih pembelajaran buat aku gimana sih rasanya dicuekin itu? Dan aku ngerasain mungkin aku juga ngerti kenapa dia tidak respon chatt aku, mungkin lebih ke males, atau aku orang yang gak jelas, aneh yang tiba-tiba nongol gituh aja, terus bikin risih juga ganggu. Ga memiliki ketertarikan buat bales-bales chattnya, apalagi orang yang belum dikenal. Hmmm apapun itu aku terima resikonya.

Stock cerpen tahun 2016 dari laptop baru di post sekarang :D
Cerita karangan \(^_^)?~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar