Bayang-Bayang
Semu
Namanya pernah aku
tulis dalam lembaran-lembaran diaryku, ingin sekali aku bercerita pada dunia,
bahwa hadirnya pernah mengisi hari-hariku, aku tau kehadirannya begituh singkat
dan sederhana, tapi semua meninggalkan cerita, meninggalkan kenangan yang sampai
sekarang selalu aku ingat.
Namanya Adit, dia sosok
laki-laki yang sederhana, dia memiliki senyum yang manis dan ramah, aku sangat
ingat saat pertama kali kita bertemu dan berkenalan, saat itu aku masih duduk
dikelas tiga SMA, kita saling diam-diaman, kita seperti kehabisan kata untuk
memulai cerita, pernah aku salah tingkah dibuatnya, gara-gara ketika aku lagi
makan, diam-diam dia memandangiku, aku menjadi malu, pipiku menjadi merah tak
menentu.
Dan saat itu pula, aku
rasa dia berhasil menarik hatiku, padahal cuma pertemuan pertama, berhasil membuat aku susah tidur, berhasil membuat aku senyum-senyum sendiri,
dan rasanya tak sabar untuk bertemu hari esok.
Yang
aku ingat pada saat itu, ngedate pertama aku dan Adit sukses, aku pulang
membawa cerita yang tak bisa aku lupa, dan moment ini pastinya wajib aku tulis
dalam buku diaryku.
Aku sering senyum-senyum sendiri ketika
memikirkan moment itu, entahlah aku sendiri kurang mengerti.
Bandung adalah kota
pertama kalinya dimana aku bisa ngedate bareng sama dia, cuaca sangat damay,
apalagi jika kulihat senyum ramah yang terlintas pada wajah Adit, rasanya
nyaman, damay, juga bahagia.
Tingkahku
memang saat itu begituh polos, masih seperti anak kecil yang manja, makan minta
disuapin, kalo cape jalan minta dipijitin, kalo kedinginan minta dipakein
switer, Ahahaha tapi boong, dan semua itu tentunya hanya ada dalam khayalanku
saja.
Aku pernah menantang dia lari dan
menaiki bukit, dan tantangan aku dia terima.
“ You are ready Adit?”
“Yes, I am ready...”
“Pasti aku yang menang,
aku uda biasa loh naik gunung”. Bisiku padanya.
Adit tersenyum.
“1......2......3.....mulai..!!!”
Aku berlari menuju
keatas bukit, ditengah jalan aku jatuh, celanaku kotor dipenuhi rumput.
“Aw....sakit” Gumamku seraya
membersihkan celana.
Adit menghampiriku, dia
duduk dan ikut membersihkan celanaku, dia membersihkan rumput-rumput yang
menempel pada celana jeansku. Jantungku rasanya berdetak kencang, sesekali aku
memandanginya, namun saat dia menoleh kearahku, langsung ku alihkan
pandanganku.
“Aku bisa sendiri,
ya uda kita keatasnya jalan bareng aja”. Kataku yang terlihat salah
tingkah.
Kami
berjalan beriringan menuju keatas bukit, tiba-tiba Adit memegang tanganku karna
iya tau aku kesulitan naik, karna sepatu yang aku kenakan.
Sesampainya diatas, kulihat pemandangan
yang begituh indah, sejuk. Aku merasa hari ini menyenangkan, seperti tak punya
beban apapun, apalagi aku dibuat nyaman oleh Adit.
“Mau aku fotoin nggak?”
Ujarku seraya mengeluarkan sebuah phonsel.
“Tidak, kamu saja...!”
Jawab Adit tenang.
“Sudah jangan
malu-malu,
aku tau kamu cowok narsis, aku potret yah!”.
Akhirnya Adit mengalah, dan aku
memotretnya.
“Ok tunjukan gayamu
yang keren”. Ujarku.
“Oh tidak-tidak jangan
begituh,
tanganmu masukin ke saku celana!” Ujarku
mulai cerewet.
“Senyumnya mana?” Ujarku kembali.
Adit
tersenyum, seperti yang aku bilang, Adit memiliki senyum yang manis nan ramah.
Ngedate aku bersama Aditpun seharian
sukses, pulang dalam keadaan sehat dan selamat, Adit menjagaku.
Saat malam tiba,
bayangannya datang dalam angan-anganku, membuat hatiku menjadi tak menentu,
kalo kata lagunya JKT48 “Seperti pocorn yang meletup-letup kata-kata suka
menari-nari, wajahmu suaramu selalu ku ingat dan membuatku menjadi
tergila-gila”.
Hari demi hari silih
berganti, hubugan aku dan Aditpun semakin hari semakin dekat, telvonan, smsn,
chattingan, jalan bareng, makan bareng, pulang sekolahpun sekarang jadi ada
tukang ojeg gratisnya, hhaha..pokonya hariku terasa lebih semangat. Dan saat
itu pula aku semakin yakin kalau aku bisa move on dari yang dulu, semenjak ada
Adit.
Sepulang sekolah, hari
itu aku berniat untuk pergi makan diluar bersama teman dekatku, aku sengaja
melintas kedepan sekolahnya dan berharap bisa bertemu atau berpapasan dijalan
dengannya, namun harapanku sia-sia.
Mall adalah tempat yang
aku pilih untuk makan siang, tanpa sengaja aku melihat Adit, aku
seneeeeeeengggg banget, aku berharap Adit mau gabung dan makan bareng bersama
kami, aku berdiri dan niatnya ingin menyapa dia.
“A.............” Sapaanku berhenti
disituh, aku tak melanjutkannya, aku melihat Adit menggandeng wanita lain, dan
tingkahnya sangat perhatian pada wanita itu, dadaku terasa sesak, sakit
sekali, rasanya aku ingin menangis
ditempat itu pula, sekuat mungkin aku menahan air mataku agar tidak terjatuh
begituh saja, aku menatap gelang pemberian darinya, yang aku ingat saat dia
memberikan gelang ini untuku dia mengungkapkan kata suka padaku, rasanya saat
itu aku benar-benar bahagia, yaaah ketika Adit bilang “Aku suka kamu”.
“Dasar Cowok...!!!” Aku menggrutu kesal
dan mencabut gelang yang aku pakai.
Rasanya pada saat itu selera makanku
menjadi hilang begituh saja.
“Kita cari tempat makan lain yuk, disini
panas”. Ujarku.
Namanya juga cewek, hatinya memang mudah
tersentuh, kalo uda terluka seperti itu cuma air mata yang bisa mewakili
perasaannya.
“Tiba-tiba aku nggak
enak badan,
Maaf yah kita nggak bisa makan bareng, aku mau pulang saja”.
Aku
melontarkan alasan tiba-tiba begituh saja, otomatis itu membuat temanku kecewa.
Sesampainya dirumah,
aku masuk kedalam kamar dan menangis sejadi-jadinya, rasanya sakit dan kecewa
sekali, disaat aku senang karna akhirnya ada juga yang bisa menarik hatiku dari
yang dulu, namun miris A atau B semuanya sama saja hanya seperti angin yang
berlalu begituh saja, dan kini dia cukup menjadi ceritaku, walau terkadang
bayang-bayang indahnya datang dalam malamku, namun yang ku tau itu hanya bayang-bayang
yang semu, menyakitkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar