Sabtu, 25 Februari 2017

Bayang-Bayang Semu


Bayang-Bayang Semu

Namanya pernah aku tulis dalam lembaran-lembaran diaryku, ingin sekali aku bercerita pada dunia, bahwa hadirnya pernah mengisi hari-hariku, aku tau kehadirannya begituh singkat dan sederhana, tapi semua meninggalkan cerita, meninggalkan kenangan yang sampai sekarang selalu aku ingat.
Namanya Adit, dia sosok laki-laki yang sederhana, dia memiliki senyum yang manis dan ramah, aku sangat ingat saat pertama kali kita bertemu dan berkenalan, saat itu aku masih duduk dikelas tiga SMA, kita saling diam-diaman, kita seperti kehabisan kata untuk memulai cerita, pernah aku salah tingkah dibuatnya, gara-gara ketika aku lagi makan, diam-diam dia memandangiku, aku menjadi malu, pipiku menjadi merah tak menentu.
Dan saat itu pula, aku rasa dia berhasil menarik hatiku, padahal cuma pertemuan pertama,  berhasil membuat aku susah tidur,  berhasil membuat aku senyum-senyum sendiri, dan rasanya tak sabar untuk bertemu hari esok.
Yang aku ingat pada saat itu, ngedate pertama aku dan Adit sukses, aku pulang membawa cerita yang tak bisa aku lupa, dan moment ini pastinya wajib aku tulis dalam buku diaryku.
Aku sering senyum-senyum sendiri ketika memikirkan moment itu, entahlah aku sendiri kurang mengerti.
Bandung adalah kota pertama kalinya dimana aku bisa ngedate bareng sama dia, cuaca sangat damay, apalagi jika kulihat senyum ramah yang terlintas pada wajah Adit, rasanya nyaman, damay, juga bahagia.
Tingkahku memang saat itu begituh polos, masih seperti anak kecil yang manja, makan minta disuapin, kalo cape jalan minta dipijitin, kalo kedinginan minta dipakein switer, Ahahaha tapi boong, dan semua itu tentunya hanya ada dalam khayalanku saja.
Aku pernah menantang dia lari dan menaiki bukit, dan tantangan aku dia terima.
“ You are ready Adit?”
“Yes, I am ready...”
“Pasti aku yang menang,
  aku uda biasa loh naik gunung”. Bisiku padanya.
Adit tersenyum.
“1......2......3.....mulai..!!!”
Aku berlari menuju keatas bukit, ditengah jalan aku jatuh, celanaku kotor dipenuhi rumput.
“Aw....sakit” Gumamku seraya membersihkan celana.
Adit menghampiriku, dia duduk dan ikut membersihkan celanaku, dia membersihkan rumput-rumput yang menempel pada celana jeansku. Jantungku rasanya berdetak kencang, sesekali aku memandanginya, namun saat dia menoleh kearahku, langsung ku alihkan pandanganku.

“Aku bisa sendiri,
  ya uda kita keatasnya jalan bareng aja”. Kataku yang terlihat salah tingkah.
Kami berjalan beriringan menuju keatas bukit, tiba-tiba Adit memegang tanganku karna iya tau aku kesulitan naik, karna sepatu yang aku kenakan.
Sesampainya diatas, kulihat pemandangan yang begituh indah, sejuk. Aku merasa hari ini menyenangkan, seperti tak punya beban apapun, apalagi aku dibuat nyaman oleh Adit.
“Mau aku fotoin nggak?” Ujarku seraya mengeluarkan sebuah phonsel.
“Tidak, kamu saja...!” Jawab Adit tenang.
“Sudah jangan malu-malu,
  aku tau kamu cowok narsis, aku potret yah!”.
Akhirnya Adit mengalah, dan aku memotretnya.
“Ok tunjukan gayamu yang keren”. Ujarku.
“Oh tidak-tidak jangan begituh,
  tanganmu masukin ke saku celana!” Ujarku mulai cerewet.
“Senyumnya mana?” Ujarku kembali.
Adit tersenyum, seperti yang aku bilang, Adit memiliki senyum yang manis nan ramah.
Ngedate aku bersama Aditpun seharian sukses, pulang dalam keadaan sehat dan selamat, Adit menjagaku.
Saat malam tiba, bayangannya datang dalam angan-anganku, membuat hatiku menjadi tak menentu, kalo kata lagunya JKT48 “Seperti pocorn yang meletup-letup kata-kata suka menari-nari, wajahmu suaramu selalu ku ingat dan membuatku menjadi tergila-gila”.
Hari demi hari silih berganti, hubugan aku dan Aditpun semakin hari semakin dekat, telvonan, smsn, chattingan, jalan bareng, makan bareng, pulang sekolahpun sekarang jadi ada tukang ojeg gratisnya, hhaha..pokonya hariku terasa lebih semangat. Dan saat itu pula aku semakin yakin kalau aku bisa move on dari yang dulu, semenjak ada Adit.
Sepulang sekolah, hari itu aku berniat untuk pergi makan diluar bersama teman dekatku, aku sengaja melintas kedepan sekolahnya dan berharap bisa bertemu atau berpapasan dijalan dengannya, namun harapanku sia-sia.
Mall adalah tempat yang aku pilih untuk makan siang, tanpa sengaja aku melihat Adit, aku seneeeeeeengggg banget, aku berharap Adit mau gabung dan makan bareng bersama kami, aku berdiri dan niatnya ingin menyapa dia.
“A.............” Sapaanku berhenti disituh, aku tak melanjutkannya, aku melihat Adit menggandeng wanita lain, dan tingkahnya sangat perhatian pada wanita itu, dadaku terasa sesak, sakit sekali,  rasanya aku ingin menangis ditempat itu pula, sekuat mungkin aku menahan air mataku agar tidak terjatuh begituh saja, aku menatap gelang pemberian darinya, yang aku ingat saat dia memberikan gelang ini untuku dia mengungkapkan kata suka padaku, rasanya saat itu aku benar-benar bahagia, yaaah ketika Adit bilang “Aku suka kamu”.
“Dasar Cowok...!!!” Aku menggrutu kesal dan mencabut gelang yang aku pakai.

Rasanya pada saat itu selera makanku menjadi hilang begituh saja.
“Kita cari tempat makan lain yuk, disini panas”. Ujarku.
Namanya juga cewek, hatinya memang mudah tersentuh, kalo uda terluka seperti itu cuma air mata yang bisa mewakili perasaannya.
“Tiba-tiba aku nggak enak badan,
  Maaf yah kita nggak bisa makan bareng, aku mau pulang saja”.
Aku melontarkan alasan tiba-tiba begituh saja, otomatis itu membuat temanku kecewa.
Sesampainya dirumah, aku masuk kedalam kamar dan menangis sejadi-jadinya, rasanya sakit dan kecewa sekali, disaat aku senang karna akhirnya ada juga yang bisa menarik hatiku dari yang dulu, namun miris A atau B semuanya sama saja hanya seperti angin yang berlalu begituh saja, dan kini dia cukup menjadi ceritaku, walau terkadang bayang-bayang indahnya datang dalam malamku, namun yang ku tau itu hanya bayang-bayang yang semu, menyakitkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar