Selasa, 29 Januari 2019

Namanya Sukarjo


Namanya Sukarjo

Pagi ini langit begituh cerah, mentaripun begituh indah menyinari dunia, seakan aku tak ingin meninggalkan mentari yang bersahabat untuk hari minggu ini, dan aku bergegas bangun dari tempat tidurku dan berhenjak cuci muka lalu bersiap-siap untuk menikmati pagi ini dengan bersepedah.

“ Mah aku berangkat” Sapaku seraya menggoes sepedah.
Sepanjang perjalanan aku menikmati segarnya cuaca pagi didesaku, tiba-tiba...

Prrrraaaaaaakkkkkkkk....
Seseorang telah menabraku dari belakang, dia memakai sepedah yang berukuran lebih besar dari sepedahku.
“ Woy liat-liat dong, kalo nggak bisa naik sepedah
  mending gak usah bersepedah sekalian”. Ucapku bersuara tinggi.

Dia mendekat kearahku seraya menolong dan mengatakan kata maaf.
“Sorry tadi seketika aku melepas kacamataku” Ucapnya.
“ Oh ya uda enggak apa-apa”. Jawabku datar seraya melanjutkan perjalanan.
Sebersit senyuman dihari senin
“Good beautiful morning..!
  I feel a fabulous day coming on” Ucapku seraya tersenyum didepan cermin.
“ Mah aku berangkat”
Dan tentunya anak yang baik selalu berpamitan kepada orangtua seraya mencium tangannya sebelum berangkat sekolah.
“ Hati-hati, sekarang kamu bawa uang banyak untuk bayar SPP sekolah” Ucapnya.
“ Siap mah...” Ucapku seraya tersenyum.

Setiap hari senin tiba, aku memang berangkat lebih awal dari pada hari-hari biasanya, karna aku nggak mau satu kalipun bolos upacara karna kesiangan.
Seperti hari biasanya, pulang dan berangkat sekolah aku menggunakan angkutan umum, bagiku ini menyenangkan, dimana aku bisa saling bersapa dengan penumpang lainnya, setiap paginya aku selalu mendapatkan pelajaran yang berharga, dari mulai melihat seorang bapak yang bangun pagi bekerja keras untuk keluargannya, seorang ibu yang pagi-pagi harus kepasar, pengamen, semangatnya seorang pedagang asongan, dan orang-orang yang berlalu lalang lainnya.

“ Permisi geser sedikit” Ucap seorang laki-laki padaku.
Aku menggesernya, dan duduk dekat dengan jendela, aku menyenderkan kepalaku, sesekali kubuka buku untuk menghilangkan kepenatan.
“Awwww. . .” Desusku merasa sakit.
“ Maaf “ Ujar laki-laki tersebut.
Aku menengok kearahnya.
“ Kamu lagi....?” Ucapku.
Dia tersenyum.
“ Uda dua kali ini kamu bikin tingkah terus sama aku”. Ujarku seraya memalingkan wajah.
“ Akk.......” Ujarnya seraya mencoba berbicara.
“ Uda nggak usa ngomong, nggak apa-apa”. Jawabku getus.
Beberapa menit kemudian, aku turun dari angkutan umum tersebut karna telah sampai disekolahan tercinta.
“ Fellin...Fellin....” Ujar sahabat karibku memanggilku.
“ Heyyy......” Aku tersenyum.
“ Bukunya nggak dimasukin ditas?” Ujarnya.
“ Oh tadi aku habis baca didalem mobil, biasa biar nggak terasa jenuh, hehe”. Ucapku.
“ Dasar kutu buku”. Ucapnya seraya meledek.
“ Tadi aku ketemu cowok berkacamata, nyebelin uda dua kali dia bikin BT, kayanya dia tuh seusiaan aku gituh”. Ujarku.
“ Pasti kamu jutekin, kebiasaan buruk emang jutek sama cowok”.

Dia berlalu meninggalkanku, akupun mengecek kembali uang bayaran yang kuselipkan kedalam buku yang aku baca tersebut. Tiba-tiba.......
“ Naumi.....” Ucapku cemas.
“ Ada apa, ayok cepetan!” Ucapnya seraya membalikan badan.
“ Aku rasa uangku hilang”
“ Coba dicek lagi” Ujarnya.
Aku dan Naumi mengecek seluruh isi yang ada didalam tas ku serta saku baju dan rok ku.
“ Naumi hilang” Ucapku cemas.
“ kok bisa hilang, apa ketinggalan dirumah? Ucap Naumi menenangkan.
“ Tidak Naumi tadi aku yakin benar sudah aku simpan didalam buku ekonomi ini.
   Apa jangan-jangan jatuh didalam mobil, haahh ceroboh sekali aku”.
“ Berapa jumlahnya?”
“ Dua bulan SPP ku”. Ucapku lemas.

Tiba-tiba.....
“ Hey-hey.....”
Suara seorang pria mendekatiku, pria berkacamata tersebut.

“ Ini buku bayaran SPP milik mu bukan?
   tadi aku temukan dibawah kursi yang kamu duduki tersebut, namamu Fellinia putri? Coba dicek isi uangnya.

Aku mengecek isi uang tesebut,
“ Bener “ Ucapku datar.
“ Kamu sekolah di SMA Wijaya?” Naumi bertanya.
“ Iya “ Jawab laki-laki berkacamata tersebut.
“ Wah SMA favorit dong, tapi kan masih jauh dari sini, kamu tidak takut kesiangan?”
“ Tidak, aku masuk pukul 07.30”.

Teeettttttt.........teeeetttttttttt.....teeetttttt.....

“ Naumi bel upacara berbunyi ayok cepat sebelum gerbang ditutup”.
Aku berlalu meninggalkan sosok pria berkacamata itu tanpa mengucapkan kata terimakasih atau senyuman sedikitpun. Beberapa jam berlalu, pelajaran dihari senin pun berakhir. Aku bergegas pulang, kini aku sudah berada didalam mobil, nampaknya seorang laki-laki duduk disamping kursiku. Aku lirik kearahnya, dia....laki-laki yang tadi pagi mengembalikan uangku. Rasanya ingin mengungkapkan kata namun rasanya tenggorokan ini begituh mencengkam. Dia sama sekali tidak menyapaku, apa karna aku terlalu jutek kepadanya, hingga pada akhirnya aku menyapanya.
“ Hay...” Aku sedikit tersenyum.
Dia hanya tesenyum membalas sapaanku, dia bertubuh tinggi, berkulit bersih, berkacamata dan berlesung pipi saat ia tersenyum padaku.
“ Namaku Fellinia, kamu boleh panggil aku Fellin”
Aku membranikan diri berkenalan, ini adalah pertama kalinya.
“ Namaku Sukarjo”
Kami bersalaman.
Aku memalingkan wajah dan tak kuasa menahan tawa.
“ Sukarjo???” Ucapku dalam hati.
“ Kamu kenapa ketawa, ada yang lucu ya?
   Apa ada yang salah sama namaku?” Ujarnya.
“ Tidak, tidak, aku cuma sedikit heran aja, kamu orang jawa?”
“ Aku orang Padang ko”
“ Namanya....?
“ Apa kamu mau bilang nama aku kaya orang Jawa?”
“ Iya begituhlah, tapi enggak masalah sih apalah arti dari sebuah nama, yang penting hatinya baik, iya kan?”

Dia tertawa, tawanya begituh lucu dengan kedua lesung pipi yang indahnya, Sukarjo.

 Sekian.

Cerpen ini di buat saat aku masih SMA, sayang aja kalo di buang. :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar